Selayang Pandang Kota Wamena

Googling nama Wamena akan muncul scriptlink yang cukup banyak dari yang berisi berita bahkan cerita blog/vlog dan berbagai sudut pandang mulai dari, artikel dan penelitian. Tak hanya itu, Wamena dengan cirut marutnya telah didokumentasikan oleh berbagai tulisan ilmiah yang memberi pengambangan lebih luas terhadap kekayaan data dna informasi dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Singkat cerita menurut distrikpyramid.blogspot.com bahwa guna menghindari kontroversi dan keseimpasiuran dikalangan masyarakat maka pemerintah Kabupaten Jayawijaya telah mengadakan beberapa kali pertemuan, serasehan, dan untuk mendapatkan masukkan  terkait HUT kota Wamena yang dilaksanakan pada 4 November 1996, tanggal 5 Maret 1997 dan seminar pada 10 Februari 1998 yang telah memutuskan bahwa hari jadi kota Wamena jatuh pada 10 Desember 1956 yang kemudian statusnya disahkan melalui Peraturan Daerah Kab. Jayawijaya Nomor 4 Tahun 1998. Penatapan ini lebih dilatari oleh masuknya peradaban penginjilan yang kemudian secara pemerintahan dijalankan sejak 14  Desember 1956.(Baca sejarah Jayawijaya: https://www.papua.go.id/view-detail-kabupaten-284/sejarah.html)

Oleh karenanya memang jadi momentum yang penting bagi penduduk Jayawijaya bahwa tanggal 10 Desember merupakan hari lahirnya peradaban manusia di Lembah Baliem. Usia yang bukan muda jika menelisik usianya yang sudah tua sangat tentu masyarakat yang hidup didearah ini harusnya memiliki peradaban dan corak produksi yang sudah maju dan berkembang untuk pula terlibat dalam berbagai kemajuan dan percaturan persaingan yang terus berkembang di Papua bahkan dilevel global. Kota ini merupakan pusat pendidikan bagi daerah-daerah yang mengitarinya, termasuk juga pusat pembangunan dan perekonomian, karena jalur utama menuju kabupaten terdekat harus melalui wamena begitu pula supply dan distribusi barang dan jasa yang lalu lalang melalui kota Wamena.
Gambar. Igamery layout di ARCGis 10.2

Untuk mencapai kota Wamena hanya dapat diakes dengan menggunakan pesawat udara dari Kabupaten Jayapura menggunakan pesawat Boeing/ATR dengan jarak tempuh 30 -45 menit. Untuk keseluruhan rata-rata aktivitas bandara Wamena mampu memberikan akses pesawat udara sebanyak 120 kali aktivitas peswat yang hilir mudik membawa penumpang hingga distribusi barang dan jasa dari kota Jayapura, Yahukimo dan pesawat cesna dari daerah-daerah pedalaman di pengunungan tengah Papua. Aspek penting dalam kemaujuan dan pembangunan sebuah daerah maju dan bersaing salah satu pemicu adalah aksesibilitas dan ketersedian moda transportasi yang maju dan modern. Wamena mengalami kondisi yang stagnan karena mobilisasi keseluruhan hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sarana transportasi udara walaupun memang pemda telah berupaya mendatangkan pesawat komersial dan cargo untuk lompatan peningkatan daerah. Perlu juga membangun alternative lainnya seperti jalur dari melewati kebupaten pemekaran baru yang bisa menembus jalur-jalur niaga besar misalnya melalui laut di kabupaten Nduga, jalan trans melalui kabupaten Yalimo. Untuk mencapai kemajuan yang besar tersebut perlu menempatkan peradaban dan kesiapan manusia asli Papua di wilayah pegunungan tengah untuk sedapat mungkin dapat memanfaatkan jalur-jalur tersebut dan bukan orang lain.

Wamena meniaturnya Papua bahkan pula seluruh paguyuban hidup dan berkaya didaerah ini memajukan daerah dari berbagai aspek, pendidikan, kesehatan, ekonomi, social,  budaya dan teknologi bahkan transfer nilai pengetahuan baru yang memberikan warna sebagai cita rasa berbeda yang disebut dengan LABEWA (Lahir dan Besar di Wamena). Kelompok ini adalah bagian dari keseluruhan konteks kehidupan dari berbagai dimensi, agama, pemerintahan, lembaga adat bahkan perkumpulan lainnya yang disebutkan diatas yang menyeimbangkan nilai emosional sebagai  tanggak pembangunan dan pemersatu orang lembah Baliem.

Wamena sendiri terletak di Provinsi Papua wilayah pegunungan tengah sekitar 2100 M dpl yang terbentang jauh dari tiom hingga kurima, dari Habema hingga pegunungan Pugima dengan panjang lembah bisa mencapi  ± 189 km/72,9 km2 . Lembah yang luas yang terbentang sungai baliem dari ujung barat hingga ujung timur sepanjang lembah baliem ini. Lebih dikenal dengan lembah Agung Wamena. Paling tidak terdapat 16 konfederasi klan di lembah baliem bagi suku Hubula suku lainnya yakni Lanny dan Walak.

Kabupaten Jayawijaya dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969, tentang pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat. Berdasarkan pada undang-undang tersebut secara geografis kabupaten Jayawijaya terletak pada garis meridian 138o30’ – 139o40’ Bujur Timur dan 3o45’ – 4o20’ Lintang Selatan yang memiliki daratan seluas 13.925,31 km2. Kabupaten Jayawijaya adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua dengan beribukota Wamena. Kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Membramo Tengah, Kabupaten Yalimo, dan Kabupaten Tolikara disebelah Utara. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nduga dan Kabupaten yahukimo, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo dan Yalimo, sebelah barat adalah Kabupaten Nduga dan Kabupaten Lanny Jaya.

Sejak tahun 2017 Kementerian Dalam Negeri menampilkan data kabupaten Jayawijaya dengan wilayah luas 7.030, 66 km2 ini terbagi menjadi 40 Distrik. Kabupaten Jayawijaya terletak pada ketinggian sekitar 1600 -2400 m dpl berukuran panjang sekitar 60-80 km dan lebar 15-20 km. Kawasan ini terletak pada zona stratigrafi gugusan pegunungan tengah Irian Jaya hasil dari suatu fenomena proses geologi terangkat daratan akibat tekanan secara suksesif pada awal masa Oligosin sampai akhir masa Neogen dan masa Quaterner (Bemmelen, 1970). Berdasarkan hasil penelitian Soepraptohardjo et al. (1971) dan Tim Peneliti Puslitbang Geoteknologi LIPI (1991), kawasan ini memiliki 9 jenis tanah, antara lain: Organosol, Alluvial, Glei Humus, Hidromorf kelabu, Regosol, Podzolik merah kuning, Renzina, Listosol dan jenih tanah hutan kecoklatan.

Berdasarkan data pengamatan klimatologi di Stasiun Klimatologi dan Geofisika Cabang Wamena dan Kurulu, iklim di Lembah Baliem termasuk ke dalam tipe iklim tropik pegunungan. Temperatur rata-rata tahunan 19,5°C dengan variasi harian temperature minimum 14,2°C dan temperatur maksimum sebesar 26,5°C. Secara umum kondisi temperatur di Wamena terasa dingin di malam hari (14,2°C) dan panas di siang hari hingga mencapai (26,5°C). Sedangkan berdasarkan data curah hujan, menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson (1951) kawasan Lembah Baliem Wamena termasuk ke dalam kategori tipe A dan menurut klasifikasi Koopen, termasuk tipe Afa dengan nilai Q = 0 %. Jumlah curah hujan rata-rata tahun  berkisar antara 1100 mm-3500 mm, dengan kondisi curah hujan harian hampir kontans sepanjang tahunnya. Musim hujan terjadi selama 8 bulan ditandai dengan curah hujan yang tinggi yaitu terjadi pada bulan Oktober hingga bulan Juni tahun berikutnya. Sedangkan musim kemarau hanya berlangsung selama 3 bulan yaitu pada bulan Juli-September. Sedangkan kondisi kelembaban udara relatif moderat berkisar antara 70-90%.

Kabupaten Jayawijaya berada di hamparan Lembah Baliem, sebuah lembah aluvial yang terbentang pada areal ketinggian 1500-2400 mdpl. Temperatur udara bervariasi antara 14,5 derajat Celcius sampai dengan 24,5 derajat Celcius. Dalam setahun rata-rata curah hujan adalah 1.900 mm dan dalam sebulan terdapat kurang lebih 16 hari hujan. Musim kemarau dan musim penghujan sulit dibedakan. Berdasarkan data, bulan Maret adalah bulan dengan curah hujan terbesar, sedangkan curah hujan terendah ditemukan pada bulan Juli.

Dinamika Kehidupan Sosial

Seluruh umat manusia telah dinugrahi kebudaayan sebagai sarana, landasan dan pijikan yang menggambarkan kedaulatan masyarakat terhadap teritori dan semua aset yang dimilikinya. Begitu juga nilai-nilai kehidupan yang masih apik dilembah baliem, dari sistem kearaban, corak pertanian, adat istiadat, upacara pernikahan, pemakaman dan lainnya yang masih menduduki kesenjangan sosial didaerah ini. Pertalian antara kebudayaan majemuk yang plural telah mengantarkan pola kehidupan masyarakat di daerah lembah baliem dalam dunia pendidikan, pemerintahan dan penginjil. Kian hari  muncullah kaum pengamat politik, akademis, konsultan, penyuluh, tenaga ahli yang memberikan nuangsa baru dalam melacongkan perubahan lebih berkembang dan maju.

Pranata sosial yang terbentuk menggambarkan kondisi masyarakat yang relatif menjaga relasi dan persaudaraan sebagai mandat penting dalam menjunjung hubungan yang terbentuk baik, misalnya perkumpulan sosial dengan keakraban, perkumpulan pemuda geraja, kegiatan pertunjukkan kebudayaan masa lalu pada ajang karnaval dan festival budaya tiap tahunnya. Dinamika ini membentuk sikap lebih terbuka dalam menapikan praktek-prekatek budaya yang terus dilangsungkan melalui media-media tersebut. Atraksi bernilai budaya bahkan kontenporer seperti tarian yosim pancar (Yospan) tarian balada cenderawasi, pembuatan kebun baru, pembuatan pagar kebun, pembuatan rumah honai dan lain sebagainya terkompilasi secara eksotik dan bernilai tinggi dan langkah.

Proses difusi kehidupan dengan berlihnya sistem-sistem lokal seperti pembuatan noken dengan menggunakan benang dari tumbuhan diganti dengan polycer benang sintetik, perumahan lokal dari honai menjadi atap seng dan lain sebagainya. Terjadi pula proses asimilasi dalam upacara pernikahan bagi masyarakat asli dan orang pendadatang Papua sepeti suku Biak dan Suku-suku Yapen dengan prosesi antar pering batu sebagai jalan menuju ikatan kebatinan dan rasa menerima.

Linkungan Potensi Flora dan Fauna

Lanscape lembah dari hutan sekunder, hutan  primer, hutan lindung. kawasan hutan umumnya adalah hutan sekunder yang di sekitarnya telah banyak di gunakan untuk berkebun. Keadaan flora Arobaya & Pattiselanno (2007) telah melakukan penelitian di Lembah Baliem Papua untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Terdapat 35 jenis tanaman berguna yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya bahan konstruksi, kayu bakar, busana, rajutan, pangan, peralatan, dapur dari berburu serta sebagai ornamen budaya atau ritual tertentu. Jenis dan pemanfaatan tersebut di sajikan pada tabel 1.


Tabel 1.Tumbuhan serbaguna yang dimanfaatkan masyarakat Lembah Baliem
Spesies
Nama Lokal
Pemanfaatan
Acalypha amentaceae
Lisane
Daun kering untuk menggulung tembakau, ranting keras untuk kayu bakar, kulit elastic untuk keranjang dan bahan rajutan untuk tas (noken)serta bahan untuk pakaian wanita.
Alpinia brevituba
Jewi
Bumbu mempunyai aroma special seperti jahe
Araucaria cunninghamii
Sien
Bahan konstruksi, kayu bakar dan peralatan berburu.
Alyxia floribunda
Ilak
Kulit untuk rajutan noken wanita
Baeckea frustescens
Wile
Bahan kayu bakar
Bischofia javanica
Pum
bahan kayu bakar yang baik
Calamus prattianus
Mul
Bahan pe,buat tali, keranjang, peralatan pertanian dan alat berburu (panah dan busur)
Castanopis
Heye
Buahnya dapat dimakan, kayu untuk konstruksi, pagar dan kayu bakar
Casuarina sp.
Kasuari
Bahan kayu bakar
Cordyline terminalis
Jebe
Dahan dan ranting untuk kayu bakar, dan daun digunakan dalam tarian upacara adat
Dacydium elatum
Wapi
Kayu Bakar
Dawsonia beccari
Wurugi
Dahan Keras untuk rajut rok wanita
Eleocharis dulchis
Sali
Bahan Rok Wanita
Ficus aderosperma
Hule
Kayu kering digunakan untuk pagar dan kayu bakar, sedangkan kulit kayu sebagai bahan rok wanita
Greviela papuana
Wep
Kayu Bakar
Helichrysum
Bunga
Bunga dengan harga jual tinggi
bracteatum
Kurulu

mperata cylindrical
Oaliker
Buat atap rumah dan ternak
Ipomoea batatas
Hipere
Sumber pangan lokal utama
Lagenaria siceraria
Sika/holim
Buahnya dikonsumsi, bunga kering berbentuk seperti botol digunakan sebagai tempat menyimpan air dan darah dalam upacara adat. Buah yang berbentuk panjang dan lurus digunakan sebagai "koteka"
Metrosideros pul/ei
Selon
Kayu keras yang digunakan sebagai bahan konstruksi, pagar, alat penggali, tombak dan kayu bakar
Mussaenda reindwardtiana
Pit-pit engka
Daun muda digunakan sebagai bahan alas "noken" keranjang yang sering digunakan untuk memikul barang.
Pandanus conoideus
Saik eken
Minyak digunakan untuk memasak bahan makanan dan  ampasnya merupakan pakan temak babi
Pandanus julianettii
Saluke
Buahnya dikonsumsi sedangkan daun biasanya digunakan sebagai payung dan bahan atap pondok di hutan
Pandanus pectinatus
Saim
Daun menggantikan fungsi payung dan sebagai bahan tikar
Paraserianthes faltacaria
Wiki
Terkadang digunakan sebagai bahan pagar tetapi umumnya dimanfaatkan untuk kayu bakar
Piper gibbilimbum
Yelika
Biasanya dipakai sebagai pengganti piring atau gelas
Pittosporum ramiflorum
Munika
Kayu dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan bijinya dipakai anak-anak untuk bermain perang-perangan
Podocarpus papuana
Faharap
Kayu bakar dan komponen konstruksi
Setaria palmifolia
Sowo
Dauan dikonsumsi, dimasak dengan cara "bakar batu" cara tradisional memasak dengan batu yang panas
Wendlandia paniculata
Sugun
Dahan dan ranting kering digunakan sebagai pagar dan kayu bakar
Wikstroemia venosa
Henawun
Kulit yang elastis digunakan sebagai tali untuk merajut keranjang dan bahan rok wanita
Arobaya & Pattiselanno (2007)
                                                                                           
Kawasan lembah disusun oleh beberapa tipe lingkungan hasil aktivitas manusia yang mengekploitasinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, antara lain kawasan budidaya (kebun hipere ubijalar, tipe baru kebun tanaman pangan), hutan sekunder, tempat keramat dan kawasan pemukiman. Diantara satuan lingkungan tersebut kebun ubijalar dan hutan sekunder mendominasi di kawasan lembah. Tipe baru kebun tanaman pangan merupakan bentuk satuan lingkungan yang relatif masih baru hasil introduksi para pendatang berupa kawasan budidaya berbagai jenis tanaman pangan, seperti kebun untuk tanaman sayuran, kebun untuk tanaman palawija (jagung, kacang tanah, kedelai, dan lain-lainnya. Vegetasi kawasan Lembah Baliem terdiri atas jenis-jenis antropogenik seperti Casuarina oligodon, Acalypha amentacea, Macaranga mappa, Dodonaea viscosa didominasi dan beberapa jenis herba seperti Phragmites karka, Mischanthus floribundus, Fimbrystylis sp., dan lain-lainnya.      

Beberapa jenis tumbuhan yang menjadi indikasi adanya perkampungan antara lain Casuarina oloigodon, Pandanus conoideus, dan Musa paradisiaca. Jenis  Aucaria cuninghamii  yang tumbuh terisolasi merupakan kawasan yang sering digunakan sebagai tempat seremonial adat. Sedangkan populasi Paraserianthes falcataria dan Casuarina oligodon yang tumbuh secara alami di suatu lahan akan dipelihara pemiliknya untuk digunakan sebagai bahan persediaan kayu bakar, bahan bangunan, bahan pembuat pagar dan lahan persediaan kebun ubijalar. Demikian juga populasi Imperata cylindrica di suatu lahan dibiarkan tumbuh untuk keperluan pembuatan atap  rumah dan atap kandang ternak babi. Hutan sekunder Wamena merupakan bekas kebun ubijalar yang ditinggalkan dan bukan merupakan hutan sekunder akibat eksploitasi hasil hutan. Hutan sekunder  ini merupakan salah satu tahapan sistim pertanian perladangan berpindah sebagai upaya untuk mengembalikan kesuburan tanahnya. Apabila kondisi hutan sekunder tersebut dianggap telah pulih kembali kesuburannya, maka hutan sekunder tersebut akan dibuka kembali untuk dijadikan lahan pertanian. Jenis tumbuhan yangmendominasi kawasan hutan sekunder adalah berbagai jenis tumbuhan seperti Dodonaea viscosa, Pittosporum ramiflorum, Pittosporum ferrugenium, Homalanthus papuanus, dan Grevillea papuana. Sedangkan hutan sekunder di kawasan pegunungan atau di lereng gunung ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan seperti Rhododendron macgregoriae, R bayerinckianum, R. hellvigii,  Vaccinium angustifolium, Medinilla speciosa, Melastoma malabarica, Baeckeafrutescens, dan lain-lainnya. Selain itu dijumpai pula jenis-jenis tumbuhan hutan primer yang masih muda seperti jenis Nothofagus rubra,  Nothofagus sp.,Wendlandia paniculata, Gardenia lamingtonii, dan sebagainya.Vegetasi alami terdiri dari jenis tumbuhan hutan pegunungan dan hutan pegunungan subalpine. Kawasan hutan di sekitar Wamena yang terletak pada ketinggian 1500- 2400 m, jenis tumbuhan hutan yang  mendominasi adalah jenis Castanopsis accuminata, Nothofagus rubra dan Kania eugenioides. Sedangkan jenistumbuhan lainnya yang tumbuh di kawasan hutan primer adalah jenis-jenis Elaeocarpus, Prunus, dan beberapa jenis dari suku Cunoniaceae, serta jenisGimnospermae seperti Podocarpus, Dacryocarpus, Phyllocladus, Araucaria dan Libocedrus. Jenis tumbuhan lain yang terdapat di strata dibawahnya terdiridari jenis-jenis seperti Pandanus, Schefflera, Ardisia, Eugenia, Vaccinium, Timonius, Dimorpanthera, Polygala, Planchonella, dan sebagainya.


Mata Pencaharian

Secara umum mata pencaharian utama masyarakat di Wamena adalah bertani dan berternak, dengan sistem pertanian tradisional. Makanan pokok masyarakat asli Jayawijaya adalah ubi jalar (hepere), keladi, kasbi, dan jagung sehingga pada areal pertanian mereka dipenuhi dengan jenis tanaman makanan pokok ini. Pemerintah telah berusaha mengupayakan  berbagai jenis sayuran (kol, sawi, wortel, buncis, kentang, bunga kol, daun bawang dan sebagainya) yang kini berkembang sebagai barang dagangan yang dikirim ke luar daerah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain tradisi masyarakat Wamena bercocok tanam secara tradisional, usaha pertanian bidang peternakan juga telah dilakukan sejak lama. Dari beternak Babi, Kelinci dan ikan air tawar. Pada kedua kampung yang dikunjungi hampir rutinitas masyarakat adalah berkebun, mencari kayu bakar, membuka kebun, membuat pagar dan memelihara ternak babi.

Pergolakkan Sipil dan Pelanggaran HAM

Sepak terjang pembangunan didaerah pegunungan menduduki kesulitan terbesar, karena harus berhadapan dengan medan yang berat dan kondisi topografi yang ekstrim dan dingin. Tepat 10 Des. 2019 Wamena berumur 63 tahun yang menyiratkan perjalanan sejarah yang panjang (https://www.papua.go.id/view-detail-kabupaten-280/Profil-Kab.-Jayawijaya.html). Karakter geografis dan persebaran orang Papua atau Wamena dilembah balim meningindikasikan hubungan dengan corak produksi yang inlender agak kalem, lugu, malu dalam menghadapi orang baru sembari menjaga komunikasi sebagai pengikat kasih persaudaraan tampa hal-hal lain yang disembunyikan. Hampir keselurahan orang Papua tampak sama yang telihat secara fisik dan perilakunya apa yang diucapkan hampir sama dengan sikapnya yang memberi tahu apa yang ada begitu pula masyarakat yang mendiami lembah baliem.

Masa penjajakan dan perubahan sipil yang begitu riut membentuk bara dalam sekam yang tertidur panjang, kian hari rasa tidak percaya terhadap system dan segilintir orang non Papua yang mengerus berbagai elemen vital didaerah ini menimbung rasa tidak terima yang sejalan juga dengan nasib politik Papua dengan isu yang menduduki peringkat nomor satu di Tanah Papua. Kasus HAM, peregolakkan sipil dan serangkain angka kriminalitas yang merenggek beberap tahun belakangan ini menciderai hati banyak orang dan hidup dalam rasa trauma dan ketakutan. Rasa saling tidak percaya dan berbagi punish yang tak sengaja mencul dibenak.

Krisis kemanusian yang membekas seperti ini merupakan wabah buruk di era modern saat ini, pergerakkan perubahan yang cepat, masih tersimpan benih dan kehidupan factual yang dikendalikan oleh system yang lengah dan membiarkan masalah-masalah berlarut dan tidak tuntas. Peran negara masih digenjoti pergerakkan sipil kiri Papua yang menginginkan kemerdekaan baru terlepas dari rasa ketidak adilan dan ketidakanyamanan diatas tanah sendiri.
Gereja, Lembaga Masyarakat adat, dan kelompok toleran lainnya perlu menindak tegas persolan yang semaking pelik tersebut. Kisah kusuk Papua dalam tirto news https://tirto.id/kabut-informasi-di-papua-dbbS.  Bicara kasus Papua dewas ini menjamur kompleks dari dasar persoalan utamanya pelurusan sejarah dan proses aneksasi yang dinilai catat hukum dan mengandung kepentingan korporatis yang kompleks sekarang berkembang menjadi system yang kuat dan berat.

Penghormatan terhadap kemanusian dan keadilan atas kedaulatan rakyat atas ruang wilayah, kebudayaan dan politikanya harus dikembalikan pada tatanan yang sesuai selama negara masih memegang konsitistuasi sebagai  media rumah bangsa. Lembah baliem telah menjadi pusaran bagi para oligarki dilefel pusat dan militer. Daerah ini disinyalir daerah yang rawan dan berbahaya. Tak sedikitnya orang Papua dan non Papua yang mengadu nasib disini. Kaum opputunis masih mengadu nasib politik untuk membuka daerah otonomi baru yang kecil hingga provinsi, menggeltungkan spirit ke Pusat dengan dalil kemajuan daerah yang lebih baik. Munculnya kampong bahkan distrik yang faktualnya tidak memadai infrastruktur dan suprastruktur bahkan sumberdaya manusianya. Ada riwayat yang kompleks yang masih tempampang dibenak masyarakat yang harus mendapatkan penguatan, pengarahan dan edukasi yang panjang dan kompleks untuk menciptakan kapasitas manusia ditingkat tapak.

Penutup

Menyadari potensi Lembah baliem dari barbagai aspek yakni; lanskap alam, budaya, sumberdaya alam, maka pihak yang memiliki kepentingan terhadap kemajuan dan pertumbuhan IPM lebih-lebih adalah masyarakat yang mau masuk dalam pasar global dan industri 4.0. Pemeritah daerah, LSM, lembaga pendidikan tinggi paling tidak memantik hasil-hasil yang konkrek yang diharapakan manjadi centolan awal pijakan masyarakat untuk masuk dalam tatanan dunia dan pasar yang luas. Aksesibilits, akomodasi dan layanan publik lainnya dengan prinsip aman dan terkendali akan menaikkan rasa percaya terhadap dinamika  perubahan masyarakat kedalam zona persaingan. Adanya produktifitas petani lokal dalam menguasai dan mengontrol pasar,  ketersedian ladang/kebun (kedaulatan petani atas hasil taninya) dalam jumlah besar dan memiliki UMKM atu formalnya adalah badan usaha milik desa bahkan BUMD pemerintah daerah pada bidang-bidang yang dapat meningkatkan resapan pasaran suburnya daur produksi dan hasil-hasil suakelola masyarakat meningkat. Pemerintah perlu memberikan stimulus dengan mengikuti standar-standar pasar global. Potensi lenskap alam yang dapat dimodifikasi, memberi harga yang sesuai terhadap hasil pertanian masyarakat yang lahannya memiliki status yang jelas. Potensi lainnya seperti kerajinan lokal yang bisa menembahkan kasana wisata dan souvenier yang memiliki harga yang diakui secara global.

Tulisan ini tidak konstruktif dan beralur,hanya pemikiran penulis untuk bacaan biasa  “Kita dapat melakukan apa saja, hanya sistem dan pola harus kendalikan secara bijaksana untuk kepentingan kemanusiaan”

Pustaka

  1. Arobaya, et.al. (2007). Jenis Tanaman Berguna bagi Suku Dani di Lembah Baliem, Papua.  Biota,      Vol 12 (3), 192-19
  2. (https://www.papua.go.id/view-detail-kabupaten-280/Profil-Kab.-Jayawijaya.html)
  3. https://tirto.id/kabut-informasi-di-papua-dbbS.