Indonesia memiliki beberapa satelit komunikasi aktif yang dioperasikan oleh perusahaan nasional, terutama Telkomsat dan Indosat Ooredoo Hutchison, serta beberapa satelit milik lembaga pemerintah. Di antaranya adalah Telkom-2, Telkom-3S, Telkomsat Merah Putih (Telkom-4), BRIsat, Nusantara Satu, SATRIA-1, serta TELKOMSAT 113BT. Jumlah pastinya berubah dari waktu ke waktu karena ada satelit yang sudah tidak aktif, digantikan oleh generasi baru. Total satelit komunikasi Indonesia sepanjang masa hampir mencapai 19 wahana, sedangkan yang masih beroperasi saat ini berada di kisaran 7–9 satelit.
![]() |
Satelit TELKOMSAT 113BT |
Selain satelit komunikasi, Indonesia juga mengembangkan satelit penginderaan jauh untuk kepentingan penelitian, pemantauan sumber daya alam, pertanian, kehutanan, dan mitigasi bencana. Beberapa di antaranya adalah LAPAN-A2/ORARI, LAPAN-A3/LAPAN-IPB, dan program satelit terbaru yang dikelola oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Dengan kombinasi satelit komunikasi dan satelit observasi, Indonesia juga menempatkan diri sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang paling aktif dalam pengelolaan aset satelit nasional.
Satelit TELKOMSAT 113BT adalah salah satu satelit komunikasi Indonesia yang dioperasikan oleh PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) sejak tanggal 20 Februari 2024 oleh anak perusahaan PT Telkom Indonesia. Satelit ini berlokasi pada slot orbit geostasioner 113° Bujur Timur (BT), yang dirancan untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, Asia Tenggara, hingga sebagian Asia Pasifik. Fungsi utamanya adalah menyediakan layanan komunikasi satelit yang andal bagi kebutuhan komersial maupun strategis nasional, termasuk telekomunikasi, internet, siaran televisi, serta jaringan data.
Satelit ini merupakan salah satu aset penting Indonesia dalam memperkuat kedaulatan digital dan kemandirian telekomunikasi nasional. Keberadaannya bagi Indonesia tidak hanya bergantung pada satelit asing, tetapi memiliki kapasitas sendiri untuk mengelola jaringan komunikasi di wilayah yang luas, khususnya di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) yang sulit dijangkau infrastruktur kabel serat optik.
TELKOMSAT 113BT dilengkapi dengan transponder C-Band dan Ku-Band, yang memungkinkan layanan komunikasi dengan cakupan luas dan kualitas tinggi. C-Band lebih tahan terhadap gangguan cuaca, sehingga cocok untuk layanan stabil di daerah tropis seperti Indonesia. Sementara itu, Ku-Band menawarkan kapasitas besar dengan kecepatan tinggi, sangat mendukung kebutuhan broadband, data center, serta konektivitas internet.
Selain untuk
layanan komersial, satelit ini juga berperan penting dalam mendukung
sektor-sektor strategis, termasuk pertahanan, transportasi maritim,
penerbangan, dan monitoring lingkungan. Di sektor kehutanan, misalnya,
kapasitas bandwidth satelit dapat menunjang sistem Early Warning System untuk
kebakaran hutan, pemantauan tutupan hutan, hingga pengiriman data lapangan
secara cepat dari lokasi yang sulit dijangkau jaringan terestrial.
Keberadaan satelit
TELKOMSAT 113BT juga di harapkan dapat mendukung pemerataan pembangunan
infrastruktur digital di Indonesia. Banyak daerah kepulauan, pedalaman, atau
pegunungan yang tidak memungkinkan pemasangan jaringan kabel, sehingga satelit
menjadi solusi utama. Dengan teknologi ini, akses pendidikan daring, layanan
kesehatan digital, hingga transaksi ekonomi dapat diperluas ke masyarakat di
wilayah pelosok.
Secara strategis,
TELKOMSAT 113BT adalah bagian dari visi besar Indonesia menuju kedaulatan ruang
angkasa dan transformasi digital nasional. Dengan memiliki slot orbit dan
satelit sendiri, Indonesia dapat mengamankan posisi di orbit geostasioner yang
terbatas jumlahnya, serta meningkatkan daya saing di kawasan Asia. Satelit ini
bukan hanya infrastruktur telekomunikasi, tetapi juga menunjukkan kemandirian
bangsa dalam mengelola teknologi luar angkasa.
Holandia, 28 Agustus 2025
Romyforest
0 Comments